Dimensi waktu terus berjalan, lurus kedepan tanpa pernah mau sekedar berhenti sejenak apalagi mundur kebelakang. Degup jantung dan detak jarum jam kita adalah gambaran nilai waktu yang terus-menerus berjalan, berlalu dan tanpa pernah kembali. Fakta hari ini adalah hasil dari apa yang kemarin kita rencanakan, dan fakta hari esok adalah dari apa yang kita rencanakan saat ini. Jika kita gagal merencanakan, dengan sendirinya kita telah merencanakan kegagalan itu sendiri. Karena itu perlu adanya perencanaan waktu dari setiap masa kehidupan ini. Sehingga tidak banyak kesempatan dan peluang kebaikan bagi kehidupan kita berlalu begitu saja. Akankah waktu kita hanya bernilai menit atau detik saja, tanpa adanya makna yang berarti.
Untuk mengetahui bagaimana posisi waktu dari setiap masa kehidupan kita, adakalanya kita perlu menanyakan seberapa pentingkah setiap nilai waktu bagi momentum kehidupan manusia.
· Jika anda ingin mengetahui berapa nilai waktu satu tahun, bertanyalah kepada seorang siswa yang tidak lulus dalam ujian akhir nasional…!
· Jika anda ingin mengetahui berapa nilai waktu satu bulan, bertanyalah kepada seorang ibu yang menantikan kelahiran anak pertamanya…!
· Jika anda ingin mengetahui berapa nilai waktu satu minggu, bertanyalah kepada pimpinan redaksi tabloid mingguan…!
· Jika anda ingin mengetahui berapa nilai waktu satu hari, bertanyalah kepada seorang karyawan harian yang menghidupi sepuluh anaknya…!
· Jika anda ingin mengetahui berapa nilai waktu satu jam, bertanyalah kepada seorang pekerja borongan…!
· Jika anda ingin mengetahui berapa nilai waktu satu menit, bertanyalah kepada seseorang yang ketinggalan kereta…!
· Jika anda ingin mengetahui berapa nilai waktu satu detik, bertanyalah kepada seseorang yang selamat dari kecelakaan maut…!
· Jika anda ingin mengetaui berapa nilai waktu 1/10 detik, bertanyalah kepada peraih perak pada kejuaraan athletik 100m…!
Dalam beragam peran kehidupan kita dalam setiap waktu dan kondisinya, waktu dan kesempatan sedemikian mahal harganya. “Waktu itu ibarat pedang” demikian perkataan Sayyidina Umar. Setiap limit waktu akan mampu mewujudkan perubahan yang besar dalam kehidupan, namun bisa juga mencelakakan. Untuk itu perlu artikulasi peran positif dalam mengisi waktu kehidupan.
Dari setiap perjalanan waktu, pribadi kita memiliki multi peran dalam menjalaninya. Ada saatnya berperan sebagai pelajar, diwaktu lainnya berperan sebagai guru, atau diwaktu lainnya berperan sebagai penulis, dikesempatan lainnya berperan sebagai enterprainer, diwaktu lainnya berperan sebagai kepala rumah tangga, serta tanpa kecuali diwaktu lainnya kita juga harus berperan sebagai Ibadur Rahman untuk menjalani segenap aktifitas ritual ibadah. Dalam kesemua peran itu, masing-masing akan meminta jatah setiap waktu dan kesempatan.
Untuk itu perlu adanya kemampuan dalam mendamaikan setiap konflik peran kita, dan mampu untuk memberikan prestasi terbaiknya. Terkadang konflik kepentingan dalam setiap peran akan terjadi karena masing-masing peran akan berebut prioritas, juga masing-masing peran akan meminta alokasi waktu masing-masing dalam memenuhi kebutuhannya. Terkadang konflik yang terjadi akan mudah mereda, Namun terkadang bisa mencuat yang akan menciptakan disharmoni kehidupan.
Peran pelajar, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamudan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”(Al-Mujaadillah(58):11), demikian firman Allah SWT. Belajar adalah sebuah tuntutan untuk kualitas ibadah, intelektual dan kemampuan untuk melakukan perbaikan dalam segenap profesi. Ilmu diniyah akan memelihara intelektual untuk mampu memberikan makna dan kualitas ibadah, dan ilmu dunia akan meningkatkan profesionalitas karir pekerjaan.
Peran lain yang bisa kita perankan adalah sebagai Guru. Peranan guru sedemikian mulia dalam kehidupan manusia, dengan adanya peran untuk saling memberikan nasihat dalam kebaikan dan kesabaran ,maka terbangunlah kehidupan manusia yang mulia dan beradab. Sehingga pantaslah para pengajar kebaikan akan mendapatkan kebaikan pahala ibadah jariyah yang tiada terputus selama ilmu yang diajarkannya tersebar, dan menjadi amalan kebaikan bagi manusia lainnya. “ Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak sedikitpun dari pahala mereka yang berkurang. “ (HR: Muslim (2674)).
Berperan sebagai penulis akan mengokohkan kedua peran kita sebelumnya yaitu sebagai pelajar dan guru. Tulisan memiliki kaidah ilmiah yang lebih tinggi dibandingkan ucapan ataupun perbuatan. Manusia akan lebih berhati-hati dan terukur ketika dia menulis sebagai bentuk ekspresi jiwa serta kualitas pemikirannya dibandingkan dia mengespresikan dengan ucapan ataupun perbuatan kesehariannya. Karena kekuatan tulisan yang memungkinnya tersimpan dan terabadikan serta memungkinkannya tersebar secara luas.
Untuk memperluas peran profesi kita , entrepreneur adalah diantara peran menarik yang bisa kita jalankan. Entrepreneur menggambarkan kemampuan berdikari, percaya diri, serta juga penyerahan diri seseorang untuk menggapai rizki dari Tuhannya. Dengan aktifitas ini dengan signifikan akan mampu membangun kekuatan jiwa yang kokoh dan tegar dalam menjalani kehidupan, meningkatkan kemampuan manajerial serta memupuk kepercayaan.
Selain itu ada peran lainnya yang akan menunjukkan kedewasaan dan keberhasilan kita dalam kepemimpinan, yaitu peran sebagai kepala rumah tangga. Rumah adalah waktu terbesar yang akan kita jalani dalam mengarungi kehidupan dengan orang-orang yang kita cintai. Istri, anak, orang tua adalah bagian dari entitas yang akan mempengaruhi dinamika kehidupan pribadi kita. Mewujudkan keluarga yang harmoni sakinah mawaddah dan warahmah tentunya menjadi cita-cita semuanya sehingga peran kita disini perlu perhatian dan waktu yang ekstra.
Dan peran abadi yang akan terus kita jalani dalam kehidupan adalah peran sebagai Ibadur Rahman. Sebagai wujud penghambaan, keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, kita memerlukan waktu-waktu khusus untuk bermunajat, muraqqabah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dengan menjaga peran kita disini akan mampu mewujudkan ketenangan dan ketentraman dalam menjalani kehidupan, dan harapan besar untuk kehidupan-kehidupan berikutnya.
Selanjutnya dari berbagai peran kehidupan ini, bagaimana kita mengatur dan mengharmoniskan semua peran tersebut. Mungkin langkah-langkah berikut bisa memberikan kita bahan pertimbangan dalam melihat dimensi waktu kehidupan kita.
· Pandanglah waktu kehidupan itu adalah keabadian. Sudah saatnya kita membangun kesadaran dengan melihat bahwasanya setelah kita diciptakan didunia ini, kita telah menjadi manusia abadi. Hanya perubahan-perubahan persepsi dan kondisilah yang akan terjadi. Kehidupan awal kita dikandungan ibu, kehidupan dunia, kehidupan alam barzakh dan kehidupan akhirat adalah rangkaian kehidupan yang sudah pasti abadi dalam keyakinan kita. Karena itu dengan melihat bahwasanya kehidupan kita abadi bukan sementara, maka kita akan lebih serius dalam menjalaninya. Dan untuk fase kehidupan kita saat ini sebagai masa investasi untuk tahapan berikutnya, maka perlu peran optimal karena kesempatan ini tak akan pernah terulang. Dan dengan memandang kehidupan ini abadi maka akan membangun nafas kehidupan yang panjang untuk bertahan dengan segala kondisi dan keadaan. Serta membangun pandangan jauh kedepan dalam melihat segala permasalahan.
· Positif Thinking, untuk mampu menjalani kehidupan dengan fikiran yang cerdas, raga yang sehat dan jiwa yang tenang perlu budaya dalam pikiran kita untuk senantiasa perfikir positif akan segala hal dalam keadaan dan kondisi kita. Dengan fikiran positif akan melahirkan energi positif yang mampu memberikan kemampuan dan tenaga kepada jasad kita. Dengan berfikir positif akan memberikan keceriaan, kesenangan dan kecerdasan otak kita untuk berfikir, dan dengan berfikir positing jiwa dan mental kita akan senantiasa mampu mengarahkan kehidupan kita dalam jalan kebaikan.
· Tiga kerja yang seharusnya menjadi misi dalam profesi kita: Kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas. Untuk mewujudkan ambisi besar dalam investasi dikehidupan saat ini, maka diperlukan kerja keras untuk memperolehnya. Kerja yang mampu mengerahkan segenap kekuatan akal, raga, serta perasaan. Dan untuk mengefektifkan dan memperbanyak capaian keberhasilan diperlukan strategi kerja cerdas. serta untuk menghasilkan prestasi dari profesi dan peran kita maka perlu adanya kerja tuntas.
· Karena banyaknya pekerjaan sebagai wujud artikulasi setiap peran dan profesi kita, maka perlu adanya harmonisasi dengan manajemen waktu. Perlu kita negosasikan berapakah waktu yang perlu dikonsumsi untuk setiap peran kita hingga memberikan kenyamanan dan mampu mewujudkan keberhasilannya. Ingatlah alokasi waktu kehidupan kita jangan pernah kita tuliskan 24 jam, karena yang pasti ada waktu tidur meskipun begitu penting untuk mendukung kesemua peran, namun tidak ada aktifitas terencana dan keberhasilan pekerjaan yang bisa kita lakukan dengan tidur.
Waktu aktif = 24 – waktu tidur.
Berapa lamakah waktu tidur anda…? Jika dalam masa produktif 15-60 tahun anda terbiasa tidur 8 jam berarti lebih dari 1/3 kehidupan anda adalah untuk tidur. Karena itu perlu rasionalisasi, jika peran profesi anda banyak sedangkan target keberhasilan yang ingin dicapai juga banyak, angka 8 jam perlu kita reduksi.
Seorang mujahid As-Syahid Syaikh DR. Abdullah Azzam mengatakan apa yang bisa diwujudkan dengan tidur 8 jam, 3 jam adalah cukup untuk hidup. Memang kehidupan yang dijalani orang-orang mulia seperti beliau akan sulit bagi kebanyakan orang. Tapi orang-orang pilihan seperti beliau: Hafidz Al-Quran, Doktor Hadist yang hafal ribuan hadist dan takhrijnya, menjadi pengajar di Universitas Islam Madinah, Damaskus, Al-Azhar serta UII Islamabad dan menutup usia dengan syahid sebagai panglima perang di Afghanistan adalah prestasi yang tentunya sulit disamai kebanyakan orang.
Karena itu bagi kita mungkin sebagai tahap awal waktu tidur kita bisa dikurangi menjadi 7 jam untuk sementara waktu, karena semakin meningkat usia kita kecenderungan waktu tidurpun akan semakin berkurang.
Waktu aktif = 24 – 7 = 17 jam.
Mungkin kita bisa buat skema alokasi waktu untuk berbagai peran kita:
Peran Guru(pegawai) : 7 jam.
Peran Pelajar : 3 jam.
Peran Ayah : 6 jam.
Peran Ibadur Rahman : 1 jam.
Waktu sebagai (Penulis, Enterpreneur, olah raga… ) ternyata tidak ada.
Waktu 17 jam sudah habis, ternyata tidak banyak peran yang bisa kita lakukan dengan skema waktu tersebut, sehingga memerlukan kombinasi dan harmonisasi.
Ketika pekerjaan kita dalam dunia pendidikan bisa kita kombinasikan dengan peran sebagai pelajar dengan banyak membaca sesuai dengan target saat-saat jam pegawai, dan merubah peran dari sekedar pelajar menjadi sepenuhnya guru, artinya setiap kegiatan membaca kita adalah bagian dari peran kita sebagai guru. Dari sini akan ada tambahan waktu +3 jam.
Jika kita ingin mengembangkan wirausaha, hobi olah raga ataupun menulis tentunya harus pula bisa disesuaikan dan dikombinasikan dengan peran lainnya. Kita bisa mengembangkan wirausaha dirumah yang dengan bantuan keluarga berarti juga peran pendidikan dan kepemimpinan sebagai ayah dirumah, begitupula peran sebagai penulis sambil belajar dan mengajari istri dan anak kita serta waktu-waktu bersama dengan refreshing, olah raga atau berwisata untuk memberikan kebukaran dan mengembalikan suasana hati untuk senantiasa positif dan gembira.
Dengan hal tersebut kita akan mampu memperbanyak peran dan makna kehidupan kita.
Peran guru : 5 jam
Peran pelajar : 2 jam
Peran ayah : 3 jam
Peran pengusaha : 2 jam
Peran penulis : 2 jam
Peran Olah raga&wisata : 1 jam olah raga(dilakukan sabtu akhir pekan= 5 jam), 1 jam silaturrahim&wisata (dilakukan ahad = 5 jam )
Peran Hamba Allah : 2 jam (1 jam ibadah wajib, 1 jam tilawah, shalat rawatib, tahajud dan muhassabah).
Dengan memperbanyak peran dalam kehidupan kita, maka setiap peran akan memberikan dampak keberhasilan dan mampu dilakukan secara optimal karena dengan menjadikan aktifitas kita sebagai peran maka akan ada perhatian lebih dan keseriusan, serta target-target keberhasilan.
· Spontanitas aksi bukan konsentrasi.
Manusia terbagi atas dua katagori:
Manusia pertama adalah yang berusaha di wilayah aksi, yaitu mereka yang mampu mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan segenap potensinya untuk bekerja merealisasikan idealismenya dengan senantiasa beraksi dengan segenap perannya dalam ruang kehidupan. Dengannya pengalaman, kematangan serta pertambahan ilmu dan kemampuannya, maka wilayah aksinya pun semakin berkembang dan dia akan mampu memenuhi kehidupannya dengan keberhasilan.
Manusia kedua adalah manusia egois, yang senantiasa berusaha di wilayah konsentrasi. Wilayah konsentrasi hanya ada dalam dimensi angan-angan, semakin besar usaha dan kemampuannya maka akan semakin menjauhkan diri dari realitas kehidupan, terbuangnya waktu tanpa tujuan dan target keberhasilan yang jelas, dan pada akhirnya melahirkan perasaan iri, dengki dan senantiasa tidak puas serta menyalahkan keadaan. Mereka akan menjadi korban kerasnya kehidupan.
Sudah saatnya kita wujudkan multi peran dalam kehidupan, agar hidup semakin berkesan….
Ditulis oleh BangOne.
0 comments:
Post a Comment