Indonesia
adalah negara dengan berbagai suku bangsa yang mendiaminya dari bagian barat
hingga timur. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki keunikannya tersendiri.
Keunikan itu membuat Indonesia menjadi negara wisata yang banyak dikunjungi
wisatawan.
Kekayaan
suku bangsa yang ada merupakan harta paling berharga untuk kita jaga dan
lestarikan. Kebudaayaan yang tercipta dari hasil karsa manusia patut kita pelihara
untuk menjaga kelangsungan hidup suku bangsa di Indonesia.
Di
Indonesia bagian barat, kita mengenal suku Melayu, suku Kubu, Batak, Mentawai
yang memiliki kekhasan budaya. Menyeberangi bagian barat, kita menemukan suku
Badui, Jawa, Dayak, dengan keanekaragaman kearifan lokal.
Di bagian
Indonesia timur, kita memiliki suku Bima, Bugis, Papua, Tana Toraja yang masih
memiliki keaslian budayanya. Bangsa yang bijak adalah bangsa yang menghargai
hasil cipta, karya, dan karsa suku bangsa yang mendiaminya.
Dari
sekian banyak suku bangsa yang ada di Indonesia, ada suku bangsa yang memiliki
kebudayaan unik. Bagi Anda yang memiliki jiwa petualang atau suka mengunjungi
tempat-tempat wisata, Tana Toraja bisa dijadikan alternatif untuk agenda
jalan-jalan bersama keluarga.
Tana
Toraja merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Kabupaten
Tana Toraja beribu kota Makale. Suku bangsa yang mendiami Tana Toraja adalah
suku Toraja.
Populasi
suku Toraja yang mendiami kabupaten Tana Toraja sebanyak 450.000 jiwa.
Masyarakat suku Toraja mayoritas beragama Kristen. Namun, masih ada sebagian
yang memeluk agama Islam dan sebagian lagi masih menganut kepercayaan animisme,
Aluk To Dolo.
Kata
Toraja itu sendiri berasal dari bahasa Bugis to riaja, yang artinya 'orang yang
berdiam di negeri atas'.
Keunikan
kebudayaan Tana Toraja terletak pada ritual pemakaman, rumah tradisional,
ukiran kayu dan tari-tariannya. Dari sekian banyak kebudayaan yang ada, ritual
pemakaman merupakan peristiwa sosial yang penting dalam strata kehidupan
masyarakat Toraja.
Hubungan
keluarga masyarakat di sini bertalian dekat dengan kelas sosial. Tingkatan
kelas sosial masih kentara di Toraja. Kelas sosial diturunkan melalui ibu.
Adapun
tingkatan kelas sosial yang ada yaitu bangsawan, orang biasa, dan budak. Budak
sudah dihapuskan sejak zaman penjajahan Belanda meskipun saat ini masih ada
sebagian masyarakat yang menjadi budak.
Kelas
bangsawan mendapat tempat yang sangat dihormati di Tana Toraja. Bangsawan
sangat menjaga martabat kebangsawanannya. Hal ini dapat dilihat masih adanya
sikap merendahkan terhadap orang biasa karena alasan martabat keluarga.
Kaum
bangsawan wajib mengadakan ritual pemakaman dan jenazah bangsawan di letakkan
di tempat pemakaman khusus.
Suku
Toraja memiliki rumah tradisional yang khas. Rumah tradisional khas Toraja
yaitu rumah Tongkonan, berasal dari bahasa Toraja, tongkon, yang berarti
'duduk'.
Rumah ini
merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial
budaya masyarakat Toraja.
Ada tiga
jenis rumah Tongkonan. Pertama, Tongkonan Layuk merupakan tempat kekuasaan
tertinggi yang digunakan sebagai pusat pemerintahan. Kedua, Tongkonan
Pekamberan merupakan milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu
dalam adat dan tradisi lokal. Terakhir, Tongkonan Batu khusus anggota keluarga
biasa.
Ciri khas
lain dari suku Toraja adalah adanya seni ukiran. Suku Toraja menggunakan ukiran
untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial.
Ukiran
dari kayu ini juga merupakan wadah berkomunikasi orang Toraja karena bahasa
Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Oleh karena itu,
ukiran kayu yang disebut Pa’ssura (tulisan) merupakan perwujudan budaya Toraja.
Ada
sekitar 67 jenis ukiran yang ada dengan aneka corak dan warna. Setiap ukiran
memiliki nama khusus dan motif yang berbeda. Contohnya, ukiran motif hewan dan
tanaman melambangkan kebajikan, motif tanaman seperti gulma air serta hewan
seperti kepiting dan kecebong melambangkan kesuburan.
Selain
seni ukir, dikenal seni pahat. Seni ini dapat dilihat dalam rumah Tongkonan.
Salah satu hasil seni pahat adalah Kabongo’, yaitu kepala kerbau yang dipahat
dari kayu cendana atau kayu nangka dan dilengkapi tanduk kerbau asli.
Lokasi
wisata yang sering dikunjungi di Tana Toraja adalah Rantepao. Rantepao terletak
sekitar 328 km dari Makassar dan Makale.
Kota
Rantepao ini terletak di dataran yang lebih tinggi dengan pemandangan yang
sangat indah. Tidak jauh dari kota Rantepao, terdapat dua lokasi pemakaman suku
Toraja yang terkenal, yaitu Ke’te Kesu dan Londa.
Ke’te
Kesu dan Londa adalah tempat pekuburan alam purba berdinding batu, berupa gua.
Gua-gua
di Ke’te Kasu dan Londa kedalamannya bisa mencapai 1000 m. Pekuburan alam purba
ini dilengkapi benteng pertahanan yang bernama Tarangenge, yang terletak di
atas punggung gua.
Gua
tersebut penuh dengan tulang dan tengkorak para leluhur dan tau-tau. Tau-tau
ini merupakan pertanda bahwa telah sekian banyak putra-putra Toraja terbaik
yang dimakamkan melalui upacara adat tertinggi di wilayah Tana Toraja.
0 comments:
Post a Comment